Cerita tentang karet gelang

Matius 16:23-24  Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.


Bapa, penting banget yang namanya menyangkal diri ya. Bahkan aku uda lupa apa yang mao aku bagikan dari yang aku dapat tadi pagi. Gara gara malas dan sekarang aku lupa.

Tapi untuk ayat 23, sampai sejauh ini. Kalao pas aku lagi gak dalam quality time ku, mindset ini akan gampang banget untuk meracuni pikiranku. Lebih pusing dengan apa yang dipikirkan oleh manusia, dan gak peduli dengan apa yang direncanakan ato apa yang dirasakan Bapa. Pengen tereaaaak aaaaaaaaa. Its oke now. Beberapa hari ini pikiran dan hati benar benar gak baik. Banyak muncul pikiran pikiran negatif, critical dengan penilaian orang, kecewa karena berekpektasi, kesal, keras hati dll. Jadi ingat pembicaraan saat dating ama brother Lucky. Dia cerita karakter ato sifat dasar seseorang itu sama seperti sebuah karet. Dia bisa bertumbuh sama seperti karet yang ditarik. Sejauh apa dia bisa bertumbuh tergantung dengan apa yang menarik karet tersebut. Bisa karena saat teduh yang dalam, komunitas, gereja, pergumulan, lingkungan, pekerjaan dan sebagainya. Tapi bisa juga karet itu mengendur lagi, dan munculah sifat dasar itu kembali.

Aku alamin dan sepertinya aku setuju dengan pendapat itu. Aku gampang kesal hari hari kemarin karena ada pertengkaran brother yang melibatkan namaku. Padahal aku gak merasa meleburkan diri disitu. Aku sempat kesal dengan yuda, sahabatku. Dia menurutku kemarin ga dewasa. Dia lari, dan gamau selesaikan konflik dengan cara yang benar. Tapi aku benar benar bersyukur. Dia mau respon baik dengan kata kata yang aku berikan di kartu. Susah banget atur jadwal ketemu, jadi aku tulis perasaanku di sebuah kartu ucapan ultah.

Di kartu itu, aku tulis intinya:
Karakter apa yang aku liat dari yuda ini, kemudian gimana aku melihat dia mulai gak dewasa, aku kesal dan berikan alasannya, dan sesudah itu aku tulis, betapa aku sangat bersyukur aku bisa punya brother yuda.  

Tuhan baik banget dia kasih aku hikmat, saat sedang ngobrol dengan merci. Benar benar bersyukur banget.


So, satu hal yang mengganggu hati dan pikiranku selesai. Meski masih ada yang lain lagi yang harus dibicarakan dengan orang yang lain lagi. Thanks banget ya Bapa.

Menyangkal diri, hal yang musti dilakukan sebagai murid Yesus. Gak perlu pusing dengan apa yang dipikirkan banyak manusia, karena bisa bikin kita lelah sendiri. Masalah ini juga tegor aku, betapa saat teduhku ga dalam dan hubunganku dengan Bapa terabaikan, berefek ke semua nya. Sifat dasar muncul lagi, dan ga bisa berbijak saat ngobrol ato bercanda. Gak lagi andalkan Tuhan. 
Ampuni aku Bapa, buat kesombonganku yang menganggap diriku sudah cukup baik dan kuat.

Comments

Popular posts from this blog

Siapakah yang boleh datang kepada Tuhan?

Ucapan syukur dan nasehat untuk bertekun

Nasehat untuk menghadapi orang fasik