Stewarship

Bapa amazed banget masa aku tidur dari jam setengah 8 sampai jam 5 pagi. Padahal mau siapin apa yang mau aku share malem ini. Panik tiba-tiba. 😭 eh tapi panik ato ga panik itu ga mempengaruhi hasil sih. Jadi mending ga panik, karena habisin banyak energi. Bisa buat kerjain yang lain.

Bapa, aku lagi banyak belajar tentang stewarship dari Paulus nih. Bagaimana juga aku harus memiliki hati seorang hamba dalam setiap pelayanan. Mau catat sedikit sih dari buku The purpose driven life:
1.  Pelayan memikirkan orang lain lebih dari dirinya sendiri
2. Pelayan berpikir seperti pengawas, bukan pemilik
3. Pelayan memikirkan pekerjaan mereka, bukan apa yang sedang dilakukan orang lain
4. Pelayan mendasarkan identitas mereka di dalam Kristus
5. Pelayan menganggap bahwa pelayanan adalah kesempatan, bukan kewajiban

1 Tesalonika 3:1-5  Kami tidak dapat tahan lagi, karena itu kami mengambil keputusan untuk tinggal seorang diri di Atena.
Lalu kami mengirim Timotius, saudara yang bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus, untuk menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu,
supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu.
Sebab, juga waktu kami bersama-sama dengan kamu, telah kami katakan kepada kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan. Dan hal itu, seperti kamu tahu, telah terjadi.
Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia.

Nah, pagi ini aku belajar dari Paulus bagaimana sikap yang benar sebagai seorang pelayan sekaligus leader dari suratnya untuk jemaat di Tesalonika. Bagaimana Paulus bersikap seperti seorang ayah untuk anak-anaknya. Dia bilang dia tidak tahan lagi, dan mengirim Timotius untuk pergi kepada jemaat di Tesalonika untuk menguatkan, menasihatkan dan menegor.

Kenapa Paulus melakukan itu? Karena gak ada kabar apa-apa dari jemaat Tesalonika, dan dia kuatir kalau ada yang goyang imannya karena kesukaran dan penganiayaan yang ada.

Disini aku belajar untuk peduli dengan keadaan saudara-saudariku. Untuk tahu kabar mereka sebenar-benarnya. Bukan hanya karena wajib buat laporan aja, lagi oke, lagi missing, lagi ngapain aja, dan sebagainya. Tapi memang bener-bener ingin tahu kondisinya, peduli dan memang mau mengasihi orang-orang tersebut.

Seperti orang tua yang selalu nanya kabar anaknya, pengen tau kondisi anaknya, apakah mereka baik, apakah mereka gak kekurangan makanan, apakah mereka sudah bergaul dan punya teman yang benar?

1 Tesalonika 3:6-8  Tetapi sekarang, setelah Timotius datang kembali dari kamu dan membawa kabar yang menggembirakan tentang imanmu dan kasihmu, dan bahwa kamu selalu menaruh kenang-kenangan yang baik akan kami dan ingin untuk berjumpa dengan kami, seperti kami juga ingin untuk berjumpa dengan kamu,
maka kami juga, saudara-saudara, dalam segala kesesakan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu.
Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan.

Kemudian sikap dan respon apa setelah Paulus mengetahui keadaan jemaat saat itu?
Dia menjadi lega dan bersyukur, karena Timotius membawakan kabar baik. Jemaat mempunyai iman yang teguh, hal itu membuat Paulus sangat bersukacita. Seperti hal nya disini. Ketika ada banyak baptisan baru, sukacita bersama-sama, ketika melihat seseorang mengambil keputusan untuk bersungguh-sungguh melayani Tuhan, melihat ada pertobatan, melihat setiap pertumbuhan orang-orang, dan mendengar banyak kabar baik, pasti akan membuat kita bersukacita. Berasa sangat bersyukur, karena semua orang sedang bersemangat untuk kemuliaan Tuhan.

1 Tesalonika 3:10, 13  Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu.
Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.

Gak berhenti sampai disitu aja, Dengan hasil yang bagus pun, Paulus tetap berdoa buat jemaatnya. Dia terus peduli dengan jemaat di Tesalonika. Aku belajar untuk gak egois, ketika berdoa hanya memikirkan diriku saja, tapi harus juga memikirkan orang lain, keluarga, brother sisters yang lain.

Aku tidak akan bisa menjadi seorang pelayan jika aku penuh dengan diri sendiri. Hanya ketika aku melupakan diri sendirilah, aku dapat melayani orang lain.

Comments

Popular posts from this blog

Siapakah yang boleh datang kepada Tuhan?

Ucapan syukur dan nasehat untuk bertekun

Nasehat untuk menghadapi orang fasik